Senin, 16 Desember 2019

Sejenak

Kadang kamu perlu untuk sedikit bersabar.
Sedikit.
Sedikit.
Sedikit lagi..
Ah tidak, barangkali perlu banyak.
Barangkali perlu berhenti 5 menit untuk mengucek mata yang lelah diforsir di depan kerjaan.
Atau mungkin beberapa menit memejamkan mata sambil menunduk.
Ketiduran maksudku.
Bercanda.
Tapi ada seriusnya.
Serius kita perlu melambat sejenak di tengah tuntutan dunia yang serba cepat.
Segera ini, segera itu, tunggu dulu.  Memang kamu sudah tahu tujuanmu?
Belum tentu!

Kadang kita terlalu asik terbawa arus.
Tapi tidak papa, setidaknya kita bergerak, berproses.
Menikmati alurnya.
Tapi jangan lupa, kamu keluar untuk menikmati. Bukan untuk tenggelam.
Heboh jika tenggelam.
Menggelepar-menggelepar tidak karuan.
Makanya lebih baik tahu tujuan, atau tahu kau berproses atau tidak.

Ingat, berhenti sejenak tidak saru tapi tentu candu.
Apalagi kalau sampai jemu.
Artinya kau tidak sejenak.

Bukan, aku bukan mendorongmu untuk menjadi pemalas.
Tapi boleh sedikit bermalas-malas.
Maksudku, lihat dulu dimana kamu, dimana kita.

Sebenarnya kamu tahu pasti tujuanmu.
Sebenarnya kamu tahu pasti kau berproses.
Sebenarnya dunia tak seburu-buru itu.
Sebenarnya semua sesuai target mu, eh target-Nya.
Tunggu dulu, sejenak saja ya.
Jangan lama-lama.

Sabtu, 14 Desember 2019

Kecil Tapi Besar

Kita semua pernah menang atas pertandingan kita masing-masing.
Entah itu besar atau kecil.
Di umur ke 2 kemenangan sebatas berjalan dan bernyanyi terbata bersama bunda.
Si putih merah merasa paling cermat saat bisa mengalikan bilangan-bilangan bulat.
Remaja tanggung merasa beruntung kala cintanya bersambung.
Masa putih biru sudah tentu paling jago kalau bisa berkesempatan pidato.
Saat kuliah?
Hmm menang atas diri sendiri yang rela kejar tugas sampai pagi juga sudah senyum-senyum sendiri.

Ya
Semakin kesini kemenangan kita kadang terasa kecil.
Semakin kesini kita semakin mengerti, kita punya pembading.
"23 yang lain sudah punya perusahaan sendiri, sisanya ramai dapat cuan dari Instagram."
"Saya seumur kamu sudah pergi kesana kemari, pulang malam mengejar karir"
"Lu harus bisa dong gitu gitu gitu"
"Puji syukur sudah memasuki trimester kedua, semoga sehat"
Dan lain lain.
Terkadang, kita memang merasa tertinggal.
Suka tidak suka, mau tidak mau, kita makhluk sosial yang suka membanding-bandingkan.
Dulu perintah "jangan mengingini" alias jangan iri aku rasa tidak masuk akal.
"Semua orang kan punya porsinya masing-masing" naifku yang lucu.

Tapi, izinkan aku menjadi naif kembali.
Izinkan aku merasa menang akan hal-hal kecilku sendiri.
Izinkan aku merasa menang, atas bangun setiap pagi untuk berproses di tempat yang panas.
Menang atas diriku yang akhirnya tidak malas menulis.
Menang atas diriku yang berusaha menerima setiap bentuk emosi, termasuk kecewa dan luka.
Menang atas diriku yang mengalahkan jiwa pemalu ku untuk menjadi ramah dan terkoneksi dengan sebanyak-banyaknya rekan.
Menang atas aku yang kembali membaca.
Menang atas aku yang bertahan tentang kita.
Menang atas makan pagi, siang dan malam ku.
Dan sesimpel, menang atas aku yang bersyukur.

Kadang, tidak perlu kemenangan yang sebesar itu.
Kadang pula, yang megah itu semu.
Jadi tolong aku, untuk mengumpulkan kemenangan-kemenangan kecilku, yang kut semakin tinggi
Yang suatu saat bisa mengalahkan kemenangan besarmu.
Ah.
Sebenarnya.
Mengalahkanmu tidak penting.
Yang paling penting.
Mengalahkan diriku,
Yang terlalu keras pada diri sendiri.
Bolehkan?